Jumat, 29 Juli 2016

MENYINGKAP RAHASIA DI BALIK “KADO TERAKHIR” DARI KAMI: PESTA APRESIASI DAN UJI KUALITAS DIRI

MENYINGKAP RAHASIA DI BALIK “KADO TERAKHIR” DARI KAMI:
PESTA APRESIASI DAN UJI KUALITAS DIRI



Bagi kami, puisi yang berhasil, adalah puisi yang tidak habis sekali baca. Mungkin kita hanya butuh beberapa menit atau bahkan hitungan detik untuk selesai membaca membaca. Namun puisi yang berhasil puisi yang masih terus bergerak di labirin pemikiran pembacanya, bekerja membentuk citra, pemahaman dan pengalaman spiritual, dan menjadikan pesan-pesana di dalam puisi tersebut benar-benar terpahami serta tertanam dalam bagi sang pembaca. Maka, puisi yang luar biasa, bukanlah puisi yang hanya bergerak, namun juga, menggerakan! Mempengaruhi dan memaksa sang pembaca melakukan sesuatu yang nyata dengan mengacu pada pesan yang tersimpan di balik puisi yang dibacanya.

Tidak perlu terlalu muluk-muluk untuk kita membicarakan puisi-puisi Rendra atau Wiji Thukul yang mampu menggerakan ribuan mahasiswa untuk turun ke jalan. Kita ambil contoh yang sangat sederhana, dan begitu dekat dengan kita. Yakni, iklan-iklan di televisi yang “puisi-puisinya” menghujani labirin pemikiran kita sehari-hari.

Jika puisi diartikan sebagai kata-kata indah, atau sebagai penyampai pesan mainstream semisal rasa rindu, rasa kehilangan atau rasa cinta pada pasangan, sesungguhnya puisi tersebut, kalah jauh dengan puisi-puisi yang ada di iklan televisi. Sudah seberapa banyak puisi kerinduan yang Anda baca? Apakah setelah membacanya, Anda menjadi tergerak untuk merindukan sekaligus melakukan sesuatu lebih yang nyata terhadap pasangan Anda? Atau justru Anda hanya menyelesaikan lalu berpindah ke puisi lainnya?

Bandingkan dengan kekuatan pesan dan kekuatan menggerakan yang ada dalam puisi-puisi pada iklan?

Beberapa iklan sabun, menyiratkan pesan bahwa untuk menjadi CANTIK, Anda harus PUTIH dengan menunjukan profil-profil wanita yang sedih ketika kulitnya kusam, lalu nampak berbahagia ketika kulitnya memutih berkat produk sabun yang ia gunakan. Pertanyaannya, apakah benar kulit putih adalah harga mati bagi kebahagiaan, sedang ketika kita masih kanak-kanak segala sesuatu tentang warna kulit bukanlah persoalan?

Namun, puisi-puisi dalam iklan di televisi adalah puisi yang berhasil yang juga luar biasa bagi kebanyakan orang. Ini terbukti dengan berhasilnya iklan sabun mempengaruhi pemikiran bahwa untuk cantik, seorang perempuan harus putih; untuk bahagia, seorang perempuan harus putih berkilau kulitnya. Haha! Anda kena!
Tidak berhenti sampai di situ, puisi-puisi dalam iklan yang luar biasa, juga berhasil menggerakkan banyak “pembaca”. Masih seputar sabun juga. Setelah Anda memahami pesan yang diusungnya bahwa untuk cantik, seorang perempuan harus putih; untuk bahagia, seorang perempuan harus putih berkilau kulitnya, puisi pada iklan sabun juga BERHASIL MENGGERAKKAN Anda untuk melakukan sesuatu. Puisi tersebut telah berhasil membuat Anda merasa tidak percaya diri bahkan kecewa dan merah pada kulit kusam Anda. Puisi tersebut telah berhasil membuat Anda untuk bekerja, menabung, bahkan mungkin meminta uang secara paksa pada orang tua serta “menjual diri” dalam berbagai kadarnya, hanya untuk membeli “kulit putih bercahaya”. Haha!


Tepuk tangan untuk sang Penyair!


Pun dengan puisi-puisi lainnya. Puisi pada rambut hitam panjang tanpa ketombe, puisi pada Smartphone berkamera sejuta megapixel, puisi pada gigi putih nafas segar yang nampak membuat percaya diri untuk berciuman dengan pasangan, puisi pada parfum yang mampu menaklukan setiap calon pasangan, rokok yang membuat banyak lelaki seolah keren dan berani menentukan pilihan atas kehidupan, dan berbagai macam puisi yang jauh lebih berhasil, lebih luar biasa, dan lebih mampu menanamkan pesan serta mampu menggerakan pembacanya, dibanding puisi-puisi cinta yang berulang kali kita temukan bertebaran di buku dan beranda social media.

Itulah kebenaran, Kekawan..

Itulah yang memprihatinkan, Kekawan..
Dan, itu jugalah yang membuat kami, merasa perlu melakukan semua ini, dan menggelar Lomba Cipta Puisi Mini Kata Mega Makna ini. 
Kami ingin membuat sebuah event yang mampu menanamkan pesan mendalam, dan juga mampu menggerakkan Kekawan sekalian.



Kini, kami akan menyingkap rahasia pesan utama di balik penyelenggaraan ini. Rahasia yang sebenarnya sudah diketahui, namun belum tentu telah benar-benar dipahami. Yakni, APRESIASI & KUALITAS DIRI.


Bukan kebodahan dan kemiskinan yang menghancurkan negeri ini. Tapi, orang-orang yang tidak memiliki apresiasi dan kualitas diri.

Anak-anak yang nakal, yang kemudian menjadi kriminal, adalah wujud akibat dari lingkungan yang tidak memiliki jiwa apresiasi. Anak yang pandai bermain sepak bola namun kurang mampu di bidang matematika, tidak mendapatkan apresiasi. Anak-anak yang pandai menulis puisi namun kurang mampu dalam bidang Fisika, dianggap tidak berprestasi. Itulah kondisi lingkungan kita yang minim apresiasi, hingga di kemudian hari menciptakan anak-anak nakal, yang tumbuh menjadi kriminal (pembangkang orang tua, pemerkosa, koruptor dan lain sebagainya). Kita kerap lupa, kalau teman kita, adik kita, anak kita, pasangan kita, orang tua kita, tetangga kita, telah berusaha menjadi lebih baik dalam setiap aspek kehidupannya. Sudahkah kita memberikan apresiasi sebagaimana layaknya kepada mereka? Bukan kah mereka semua juga pantas mendapatkan apresiasi atas setiap usahanya (baik yang nyata maupun yang tak kasat mata) ? Bahkan, seseorang yang melakukan kesalahan pun sudah sepatutnya kita berikan apresiasi (dengan kadar yang tepat) atas keberaniannya dalam mencoba. Pemilik Transcorp yang dulunya orang tak berpunya, menjadi manusia sukses karena banyaknya apresiasi dari keluarganya di tengah segala kesalahan-kesalahan dalam proses memberhasilkan kehidupannya. Apakah kita sudah melakukannya? Apakah kita sudah memberikan apresiasi yang padahal kelak akan berimbas besar juga pada kehidupan kita nantinya?

Dalam event Mini Kata Mega Makna ini, kita telah bersama-sama belajar tentang apresiasi. Kita telah melewati tahap apresiasi yang pertama dengan sangat luar biasa. Kita saling mendukung, saling berterimakasih dan saling memuji antara satu dan lainnya sebagai wujud apresiasi kita. Kemudian sebagaian dari kita juga mulai masuk tahap selanjutnya, yakni apresiasi dengan tindakan nyata dan tidak sekadar kata-kata.

Teman-teman yang memesan buku hasil event ini, para peserta yang tidak lolos yang tetap peduli dan mendoakan kesuksesan ini, penyelenggara yang berkenan memberikan hadiah dan kado lebih pada event tak berbayar ini, teman-teman yang dengan cara yang romantis, semisal, memesan lebih buku lebih banyak, berpromosi, membuat Grup untuk mengekalkan kebersamaan ini, membuat gambar-gambar dan video unik untuk menyemarakan event ini, serta Anda-Anda yang telah memesan buku Baju Baru Untuk Puisi & Hal-Hal Yang Belum Kita Mengerti dengan label LUAR BIASA, adalah manusia-manusia yang memiliki jiwa apresiasi yang sesungguhnya. Manusia-manusia yang tengah menciptakan manusia-manusia lainnya yang berkualitas dan juga berjiwa apresiasi nantinya. Mereka manusia-manusia yang layak dijadikan tumpuan harapan. Layak untuk memimpin masa depan.


KONSEP PEMESANAN BUKU DAN PROSES KEBERANIAN MENENTUKAN PILIHAN UNTUK KEKAWAN

Sebelum kami beberkan rahasianya, ingat-ingat lah ini Kekawan:

“Hidup adalah pilihan. Dan manusia yang berani memilih untuk mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak dan lingkungan, adalah mereka yang layak menjadi tumpuan harapan dan menjadi pemimpin di masa depan.”

Kekawan tahu kan bahwa penyair yang layak disebut PENYAIR adalah mereka yang memiliki kebijaksanaan, rela berkorban dan mampu mengalahkan egoisme diri?

Proses saat Kekawan hendak menentukan apakah Kekawan akan menilai dan mengapresiasi kinerja kami, dimana semakin besar apresiasinya akan berdampak semakin tinggi biaya yang dikeluarkan Kekawan, adalah sebuah proses pendewasaan, kebijaksanaan dan keberanian untuk mengapresiasi sekaligus “berkorban” yang kelak akan sangat menentukan kualitas diri Kekawan.

Tidak ada yang benar, dan tidak ada pula yang salah dengan keputusan Kekawan. Segalanya tergantung proses dan alasan penentuan pilihan Kekawan.

Bisa jadi kinerja kami, misalnya, BAIK, dan Kekawan secara jujur mengatakan BAIK dan rela mengeluarkan uang 70.000 untuk mengapresiasi buku ini. Mereka lah yang jujur pada diri sendiri, pada hati nurani, dan layak untuk diharapkan negeri ini.

Bisa jadi kinerja kami, misalnya, SANGAT BURUK, namun Kekawan mengatakan LUAR BIASA dan rela mengeluarkan uang 85.000, karena merasa rela berkorban demi memberikan semangat kepada kami, membantu cita-cita kita bersama untuk meraih Rekor MURI. Mereka lah yang sebenar-benarnya manusia yang berkualitas dan layak mendapatkan tanggung jawab besar untuk bersumbangsih pada bangsa dan negara. Merekalah yang sebenar-benarnya mampu mengubah jalan nasib tanah air tercinta kita. Merekalah yang sebenar-benarnya membangun manusia-manusia hebat lainnya di masa yang akan datang.

Nah, mereka yang misalnya, menilai kinerja kami BAIK, namun memilih untuk memesan dengan Label SANGAT BURUK, hanya demi menuruti egoisme diri untuk mendapatkan harga yang murah, adalah mereka yang perlu lebih banyak belajar lagi. Sama sekali tidak salah dengan keputusan tersebut. Tapi, apakah ini wajah generasi Indonesia yang mengusung negeri di masa yang akan datang? Renungkan...

Bahkan, akan ada banyak proses-proses menarik lainnya di balik pemesanan buku yang menguji kualitas diri.
Ada yang memilih tidak memesan. Karena misalnya, ia menilai kinerja dengan LUAR BIASA, namun jika memesan ia hanya mampu membeli dengan label SANGAT BURUK . Ia memilih berkorban untuk tidak memiliki buku ini, demi mengalahkan egoisme dirinya yang mengingankan harga murah karena keterbatasannya. Meski kami sedih, kami sangat-sangat kagum dengan kebijaksanaannya. Ia adalah penyair yang sesungguhnya.

Ada juga yang nekat memesan dengan label LUAR BIASA, padahal ia tidak memiliki cukup uang. Ia hanya yakin, bahwa apresiasi juga butuh perjuangan. Ia hanya yakin, bahwa Tuhan akan meberhasilkan niat baik, dan mengganti uang yang dikeluarkannya dengan rezeki yang jauh lebih baik. Ia, mendapatkan tepuk tangan dari kami semua. Ia, penyair dan generasi emas yang sebenar-benarnya.

Sekali lagi, Kekawan, ingat:
“Hidup adalah pilihan. Dan manusia yang berani memilih untuk mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak dan lingkungan, adalah mereka yang layak menjadi tumpuan harapan dan menjadi pemimpin di masa depan.”
***

Dan, itulah misteri di balik konsep pemesanan buku ini. Konsep yang kami harapkan dapat mengusung pesan, dan memahamkan pesan dan bahkan mampu menggerakkan Kekawan. Itulah kado terakhir kami untuk membersamai sekaligus menjadi bekal untuk mengarung proses kepenyairan Kekawan mulai sekarang dan di masa yang akan datang. Dan yang terakhir, itulah puisi kami selaku penyelenggara. Puisi yang kami beri nama Lomba Cipta Puisi Mini Kata Mega Makna. Puisi yang kami harapkan dapat menjadi puisi yang luar biasa mengalahkan puisi pada iklan-iklan di televisi.

Selamat tergerak, selamat bergerak dan selamat menggerakan!

Salam Hangat, Mari Menghebat!




Penggagas MKMM