MENYINGKAP
RAHASIA DI BALIK “KADO TERAKHIR” DARI KAMI:
PESTA
APRESIASI DAN UJI KUALITAS DIRI
Bagi kami, puisi yang berhasil, adalah puisi yang tidak
habis sekali baca. Mungkin kita hanya butuh beberapa menit atau bahkan hitungan
detik untuk selesai membaca membaca. Namun puisi yang berhasil puisi yang masih
terus bergerak di labirin pemikiran pembacanya, bekerja membentuk citra,
pemahaman dan pengalaman spiritual, dan menjadikan pesan-pesana di dalam puisi
tersebut benar-benar terpahami serta tertanam dalam bagi sang pembaca. Maka,
puisi yang luar biasa, bukanlah puisi yang hanya bergerak, namun juga,
menggerakan! Mempengaruhi dan memaksa sang pembaca melakukan sesuatu yang nyata
dengan mengacu pada pesan yang tersimpan di balik puisi yang dibacanya.
Tidak perlu terlalu muluk-muluk untuk kita membicarakan puisi-puisi Rendra atau Wiji Thukul yang mampu menggerakan ribuan mahasiswa untuk turun ke jalan. Kita ambil contoh yang sangat sederhana, dan begitu dekat dengan kita. Yakni, iklan-iklan di televisi yang “puisi-puisinya” menghujani labirin pemikiran kita sehari-hari.
Jika puisi diartikan sebagai kata-kata indah, atau sebagai
penyampai pesan mainstream semisal rasa rindu, rasa kehilangan atau rasa cinta
pada pasangan, sesungguhnya puisi tersebut, kalah jauh dengan puisi-puisi yang
ada di iklan televisi. Sudah seberapa banyak puisi kerinduan yang Anda baca?
Apakah setelah membacanya, Anda menjadi tergerak untuk merindukan sekaligus
melakukan sesuatu lebih yang nyata terhadap pasangan Anda? Atau justru Anda
hanya menyelesaikan lalu berpindah ke puisi lainnya?
Bandingkan dengan kekuatan pesan dan kekuatan menggerakan
yang ada dalam puisi-puisi pada iklan?
Beberapa iklan sabun, menyiratkan pesan bahwa untuk menjadi
CANTIK, Anda harus PUTIH dengan menunjukan profil-profil wanita yang sedih
ketika kulitnya kusam, lalu nampak berbahagia ketika kulitnya memutih berkat
produk sabun yang ia gunakan. Pertanyaannya, apakah benar kulit putih adalah
harga mati bagi kebahagiaan, sedang ketika kita masih kanak-kanak segala
sesuatu tentang warna kulit bukanlah persoalan?
Namun, puisi-puisi dalam iklan di televisi adalah puisi yang
berhasil yang juga luar biasa bagi kebanyakan orang. Ini terbukti dengan
berhasilnya iklan sabun mempengaruhi pemikiran bahwa untuk cantik, seorang
perempuan harus putih; untuk bahagia, seorang perempuan harus putih berkilau
kulitnya. Haha! Anda kena!
Tidak berhenti sampai di situ, puisi-puisi dalam iklan yang
luar biasa, juga berhasil menggerakkan banyak “pembaca”. Masih seputar sabun
juga. Setelah Anda memahami pesan yang diusungnya bahwa untuk cantik, seorang
perempuan harus putih; untuk bahagia, seorang perempuan harus putih berkilau
kulitnya, puisi pada iklan sabun juga BERHASIL MENGGERAKKAN Anda untuk
melakukan sesuatu. Puisi tersebut telah berhasil membuat Anda merasa tidak
percaya diri bahkan kecewa dan merah pada kulit kusam Anda. Puisi tersebut
telah berhasil membuat Anda untuk bekerja, menabung, bahkan mungkin meminta
uang secara paksa pada orang tua serta “menjual diri” dalam berbagai kadarnya,
hanya untuk membeli “kulit putih bercahaya”. Haha!
Tepuk tangan untuk sang Penyair!
Pun dengan puisi-puisi lainnya. Puisi pada rambut hitam
panjang tanpa ketombe, puisi pada Smartphone berkamera sejuta megapixel, puisi
pada gigi putih nafas segar yang nampak membuat percaya diri untuk berciuman
dengan pasangan, puisi pada parfum yang mampu menaklukan setiap calon pasangan,
rokok yang membuat banyak lelaki seolah keren dan berani menentukan pilihan
atas kehidupan, dan berbagai macam puisi yang jauh lebih berhasil, lebih luar
biasa, dan lebih mampu menanamkan pesan serta mampu menggerakan pembacanya,
dibanding puisi-puisi cinta yang berulang kali kita temukan bertebaran di buku
dan beranda social media.
Itulah kebenaran, Kekawan..
Itulah yang memprihatinkan, Kekawan..
Dan, itu jugalah yang membuat kami, merasa perlu melakukan semua ini, dan
menggelar Lomba Cipta Puisi Mini Kata Mega Makna ini.
Kami ingin membuat sebuah event yang mampu menanamkan pesan mendalam, dan juga
mampu menggerakkan Kekawan sekalian.
Kini, kami akan menyingkap rahasia pesan utama di balik penyelenggaraan ini.
Rahasia yang sebenarnya sudah diketahui, namun belum tentu telah benar-benar
dipahami. Yakni, APRESIASI & KUALITAS DIRI.
Bukan kebodahan dan kemiskinan yang menghancurkan negeri ini.
Tapi, orang-orang yang tidak memiliki apresiasi dan kualitas diri.
Anak-anak yang nakal, yang kemudian menjadi kriminal, adalah
wujud akibat dari lingkungan yang tidak memiliki jiwa apresiasi. Anak yang
pandai bermain sepak bola namun kurang mampu di bidang matematika, tidak
mendapatkan apresiasi. Anak-anak yang pandai menulis puisi namun kurang mampu
dalam bidang Fisika, dianggap tidak berprestasi. Itulah kondisi lingkungan kita
yang minim apresiasi, hingga di kemudian hari menciptakan anak-anak nakal, yang
tumbuh menjadi kriminal (pembangkang orang tua, pemerkosa, koruptor dan lain
sebagainya). Kita kerap lupa, kalau teman kita, adik kita, anak kita, pasangan
kita, orang tua kita, tetangga kita, telah berusaha menjadi lebih baik dalam
setiap aspek kehidupannya. Sudahkah kita memberikan apresiasi sebagaimana
layaknya kepada mereka? Bukan kah mereka semua juga pantas mendapatkan
apresiasi atas setiap usahanya (baik yang nyata maupun yang tak kasat mata) ?
Bahkan, seseorang yang melakukan kesalahan pun sudah sepatutnya kita berikan
apresiasi (dengan kadar yang tepat) atas keberaniannya dalam mencoba. Pemilik
Transcorp yang dulunya orang tak berpunya, menjadi manusia sukses karena
banyaknya apresiasi dari keluarganya di tengah segala kesalahan-kesalahan dalam
proses memberhasilkan kehidupannya. Apakah kita sudah melakukannya? Apakah kita
sudah memberikan apresiasi yang padahal kelak akan berimbas besar juga pada
kehidupan kita nantinya?
Dalam event Mini Kata Mega Makna ini, kita telah
bersama-sama belajar tentang apresiasi. Kita telah melewati tahap apresiasi
yang pertama dengan sangat luar biasa. Kita saling mendukung, saling
berterimakasih dan saling memuji antara satu dan lainnya sebagai wujud
apresiasi kita. Kemudian sebagaian dari kita juga mulai masuk tahap
selanjutnya, yakni apresiasi dengan tindakan nyata dan tidak sekadar kata-kata.
Teman-teman yang memesan buku hasil event ini, para peserta
yang tidak lolos yang tetap peduli dan mendoakan kesuksesan ini, penyelenggara
yang berkenan memberikan hadiah dan kado lebih pada event tak berbayar ini,
teman-teman yang dengan cara yang romantis, semisal, memesan lebih buku lebih
banyak, berpromosi, membuat Grup untuk mengekalkan kebersamaan ini, membuat
gambar-gambar dan video unik untuk menyemarakan event ini, serta Anda-Anda yang
telah memesan buku Baju Baru Untuk Puisi & Hal-Hal Yang Belum Kita Mengerti
dengan label LUAR BIASA, adalah manusia-manusia yang memiliki jiwa apresiasi
yang sesungguhnya. Manusia-manusia yang tengah menciptakan manusia-manusia lainnya
yang berkualitas dan juga berjiwa apresiasi nantinya. Mereka manusia-manusia
yang layak dijadikan tumpuan harapan. Layak untuk memimpin masa depan.
KONSEP PEMESANAN BUKU DAN PROSES KEBERANIAN MENENTUKAN
PILIHAN UNTUK KEKAWAN
Sebelum kami beberkan rahasianya, ingat-ingat lah ini
Kekawan:
“Hidup adalah pilihan. Dan manusia yang berani memilih untuk
mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak dan lingkungan, adalah
mereka yang layak menjadi tumpuan harapan dan menjadi pemimpin di masa depan.”
Kekawan tahu kan bahwa penyair yang layak disebut PENYAIR
adalah mereka yang memiliki kebijaksanaan, rela berkorban dan mampu mengalahkan
egoisme diri?
Proses saat Kekawan hendak menentukan apakah Kekawan akan
menilai dan mengapresiasi kinerja kami, dimana semakin besar apresiasinya akan
berdampak semakin tinggi biaya yang dikeluarkan Kekawan, adalah sebuah proses
pendewasaan, kebijaksanaan dan keberanian untuk mengapresiasi sekaligus
“berkorban” yang kelak akan sangat menentukan kualitas diri Kekawan.
Tidak ada yang benar, dan tidak ada pula yang salah dengan
keputusan Kekawan. Segalanya tergantung proses dan alasan penentuan pilihan
Kekawan.
Bisa jadi kinerja kami, misalnya, BAIK, dan Kekawan secara
jujur mengatakan BAIK dan rela mengeluarkan uang 70.000 untuk mengapresiasi
buku ini. Mereka lah yang jujur pada diri sendiri, pada hati nurani, dan layak
untuk diharapkan negeri ini.
Bisa jadi kinerja kami, misalnya, SANGAT BURUK, namun
Kekawan mengatakan LUAR BIASA dan rela mengeluarkan uang 85.000, karena merasa
rela berkorban demi memberikan semangat kepada kami, membantu cita-cita kita
bersama untuk meraih Rekor MURI. Mereka lah yang sebenar-benarnya manusia yang
berkualitas dan layak mendapatkan tanggung jawab besar untuk bersumbangsih pada
bangsa dan negara. Merekalah yang sebenar-benarnya mampu mengubah jalan nasib
tanah air tercinta kita. Merekalah yang sebenar-benarnya membangun
manusia-manusia hebat lainnya di masa yang akan datang.
Nah, mereka yang misalnya, menilai kinerja kami BAIK, namun
memilih untuk memesan dengan Label SANGAT BURUK, hanya demi menuruti egoisme
diri untuk mendapatkan harga yang murah, adalah mereka yang perlu lebih banyak
belajar lagi. Sama sekali tidak salah dengan keputusan tersebut. Tapi, apakah
ini wajah generasi Indonesia yang mengusung negeri di masa yang akan datang?
Renungkan...
Bahkan, akan ada banyak proses-proses menarik lainnya di
balik pemesanan buku yang menguji kualitas diri.
Ada yang memilih tidak memesan. Karena misalnya, ia menilai
kinerja dengan LUAR BIASA, namun jika memesan ia hanya mampu membeli dengan
label SANGAT BURUK . Ia memilih berkorban untuk tidak memiliki buku ini, demi
mengalahkan egoisme dirinya yang mengingankan harga murah karena
keterbatasannya. Meski kami sedih, kami sangat-sangat kagum dengan
kebijaksanaannya. Ia adalah penyair yang sesungguhnya.
Ada juga yang nekat memesan dengan label LUAR BIASA, padahal
ia tidak memiliki cukup uang. Ia hanya yakin, bahwa apresiasi juga butuh
perjuangan. Ia hanya yakin, bahwa Tuhan akan meberhasilkan niat baik, dan
mengganti uang yang dikeluarkannya dengan rezeki yang jauh lebih baik. Ia,
mendapatkan tepuk tangan dari kami semua. Ia, penyair dan generasi emas yang
sebenar-benarnya.
Sekali lagi, Kekawan, ingat:
“Hidup adalah pilihan. Dan manusia yang berani memilih untuk
mengorbankan dirinya untuk kepentingan orang banyak dan lingkungan, adalah
mereka yang layak menjadi tumpuan harapan dan menjadi pemimpin di masa depan.”
***
Dan, itulah misteri di balik konsep pemesanan buku ini.
Konsep yang kami harapkan dapat mengusung pesan, dan memahamkan pesan dan
bahkan mampu menggerakkan Kekawan. Itulah kado terakhir kami untuk membersamai
sekaligus menjadi bekal untuk mengarung proses kepenyairan Kekawan mulai
sekarang dan di masa yang akan datang. Dan yang terakhir, itulah puisi kami
selaku penyelenggara. Puisi yang kami beri nama Lomba Cipta Puisi Mini Kata
Mega Makna. Puisi yang kami harapkan dapat menjadi puisi yang luar biasa
mengalahkan puisi pada iklan-iklan di televisi.
Selamat tergerak, selamat bergerak dan selamat menggerakan!
Salam Hangat, Mari Menghebat!
Penggagas MKMM