BAHWA SETIAP KARYA/PENULIS BUKANLAH
KOMODITI YANG PATUT UNTUK DIMANFAATKAN DAN DIJUAL.
BAHWA SETIAP KARYA/PENULIS
ADALAH ASSET BANGSA YANG WAJIB DIKEMBANGKAN DAN BERSIFAT FUNDAMENTAL.
Dua prinsip di atas lah yang
menjadi dasar bagi kami, dalam menggagas, mengonsep dan menyelenggarakan event
Lomba Cipta Puisi Mini Kata Mega Makna ini. Oleh karenanya, meski event ini
diselenggarakan secara gratis dan dilaksanakan tanpa menggandeng sponsorship,
kami berusaha memperlakukan setiap Penulis berikut karyanya sebagai sesuatu
yang sangat berharga dengan segenap penghormatan yang kami bisa.
Mulai dari konsep lomba, kami
berusaha untuk mencipta sebuah event ide yang tidak biasa. Event yang kemudian
dinamai Lomba Cipta Puisi Mini Kata Mega Makna sejujurnya mengandung banyak
pesan sekaligus harapan di baliknya. Paling tidak, 3 hal inilah yang sepatutnya
Kekawan pahami di balik penyenggaraan event ini.
1. Pembibitan Penyair Masa
Depan dengan Kualitas yang Dapat Dipertanggungjawabkan Seleksi yang ketat dari ribuan
peserta dengan menghadirkan 14 juri dengan latar belakang yang berbeda,
tentunya sudah bisa dijadikan usaha penyaringan kualitas Penyair yang layak
untuk dijadikan tumpuan harapan. Namun, misi kami tentu saja jauh lebih dari
itu. Yang menjadi pandangan utama kami, adalah kualitas naskah para penulis
semenjak menjamurnya penerbitan indie. Fokus utama kami: penulisan puisi.
Ada ribuan atau mungkin jutaan
penulis-penulis baru yang kemudian berkarya pada genre puisi. Puisi-puisi
bertubi-tubi tercipta di sosial media maupun pada berbagai lomba. Yang kemudian
menimbulkan pertanyaan, "Apakah karya tersebut lahir dari proses kreatif
yang dapat dipertanggungjawabkan?", "Apakah puisi-puisi yang
dibukukan atau menjadi pemenang adalah puisi-puisi yang benar-benar melewati
bilik perenungan yang panjang?". Tentu yang bisa menjawab adalah sang
penulis itu sendiri.
Salah satu paradigma salah
kaprah yang terjadi di luar kesadaran kita adalah pameo bahwa: menulis puisi
adalah menulis kata-kata yang indah. Sungguh, itu salah kaprah. Coba lihat
dalam proses kreatif Kekawan sekalian. Apakah Kekawan masih mengutamakan
memilih kata-kata yang tidak biasa, mengutamakan kesamaan rima dan
metafora-metofora yang Kekawan suka? Jika iya, mohon maaf, itulah
kesalah-kaprahan yang dimaksudkan. Seharusnya, setiap puisi berangkat dari
kegelisahan, kesadaran, pemaknaan, perenungan, keberanian dan kebijaksanaan
dalam sikap atas segala fragmen-fragmen kehidupan. Jadilah puisi itu sebagai
sebenar-benarnya suara, sikap, tindakan dan perjuangan.
Dengan konsep puisi dengan
batas maksimal 36 kata ini, sejujurnya kami banyak berharap pada peningkatan
kualitas dan kuantitas proses kreatif seluruh peserta yang mengikuti lomba ini.
Mari kita lihat dan teliti. Seberapa banyak kata, frasa, kalimat, baris ataupun
bait "tak berguna" yang bertebaran pada sebangunan puisi. Kata-kata
yang jika dihapus tidak akan mengubah isi dan inti puisi. Pemborosan kata yang
disebabkan minimnya perenungan, terjadi, di banyak karya.
Joko Pinurbo, Peraih
Penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun ini, mengaku membutuhkan paling
tidak 13 kali revisi dalam setiap puisinya. Bahkan dalam sebuah perbincangan
ketika kami bertemu di Solo, Beliau mengaku ada beberapa puisi yang membutuhkan
bertahun-tahun proses perenungan, penulisan dan penyuntingan ulang. Apakah
Kekawan sekalian sudah demikian?
Nah, di situlah fungsi event
Mini Kata Mega Makna ini. Kami ingin mengajak Kekawan sekalian berproses
kreatif untuk menemukan inti sari, kata-kata paling tepat, sudut pandang yang
tepat dan citraan yang tepat, sekaligus merasakan pengalaman menyunting
berkali-kali setiap kata-kata dalam tubuh puisi Kekawan.
Buktinya, yakin deh banyak
Kekawan yang berulang kali merevisi puisinya karena kebanyakan jumlah kata. Ya
kaaan?
Nah. Harapan kami, proses
kreatif yang "sehat" seperti ini, bisa Kekawan lanjutkan dan
kembangkan. Dengan begitu, generasi Penyair dengan kuantitas yang besar
nantinya, juga akan diikuti oleh kualitas proses pengkaryaannya.
2. Mengajak Para Penyair Untuk
Lebih Mengeksplorasi Kreativitasnya
Membelikan baju baru untuk
puisi. Itulah konsep utama penerbitan buku utama hasil event ini. Dimana setiap
puisi dihadirkan dengan konsep Tipografi. Khusus penggarapan ini, kami
memanggil beberapa designer dan perupa yang memiliki pengetahuan kesastraan
untuk memastikan bahwa stiap puisi mengenakan baju yang tepat dan menawan.
Dengan terbitnya buku utama
yangini nanti bisa dijadikan sumber inspirasi. Bahwa, ada banyak cara untuk
menumpahkan kreativitas pada sebuah karya. Kita harus berani meninggalkan
kamar, berpetualang melihat segala sesuatu yang ada di luar, dan mencipta
ide-ide yang membawa perubahan besar. Salah satu resep meracik generasi emas,
adalah menumbuhkan anak-anak dan muda-mudi menjadi manusia yang berkualitas dan
sarat akan kreativitas.
Kami berharap besar pada
Kekawan sekalian.
3. Apresiasi
Sesuatu yang sudah, sedang dan
akan bersama-sama kita lakukan. Stop membully, stop merendahkan, stop
mempermainkan harapan!
Mari gencarkan, dan tularkan! Pada setiap aspek kehidupan.
Dan, bersama postingan ini
juga, kami sampaikan (sedikit) apresiasi kami atas karya-karya terbaik Kekawan
sekalian.
Suatu kehormatan besar bisa
menjadi bagian dari proses kreatif kalian.
Salam Hangat, Mari Menghebat!